MENCIPTAKAN INSAN ILMIAH KARIMAH

Selasa, 24 November 2009

DARI ARENA PELANTIKAN KEPENGGALANGAN DI ARGALINGGA


Argalingga adalah sebuah desa yang berada di bawah kaki gunung Ciremai, dengan ketinggian 2400 di bawah permukaan laut. Desa ini masuk kedalam wilayah administratif Kec. Argapura, Kab. Majalengka. Alam yang indah, udara yang sejuk, tanah yang subur, mata air mengalir begitu jernih, hijaunya hamparan lahan pertanian, tegak dan kokohnya puncak gunung Ciremai, membuat peserta perkemahan pelantikan kepenggalangan Pangkalan SMP PUI Muktisari, terasa terbuai.
Pagi itu, Sabtu, 7 Nopember 2009, memasuki hari kedua kegiatan perkemahan, kabut mulai turun, hujan turun rintik-rintik, angin sepoi-sepoi, hawa dingin semakin menggamit kulit, seolah peserta perkemahan enggan beranjak dari dalam tenda.
Hari semakin siang, cuaca mulai cerah, matahari bersinar kembali, menghangatkan tenda-tenda yang berjajar dan tubuh-tubuh yang hampir kaku, pembina memberikan aba-aba, waktu telah tiba permainan wide game segera dimulai, dengan materi membelah alam sebagian kaki gunung Ciremai, untuk didaki dan diketahui, aneka pohon, bukit karang, lembah ngarai, dan aneka sepesies tanaman untuk diteliti.
Pada sore hari, anak-anak masih tampak begitu lelah, namun semangat patriotisme begitu menggebu, melanjutkan program, sosialisasi silaturahmi dengan masyarakat setempat dan berakhir dengan catatan segudang pengalaman.
Malam hari tiba, prosesi penyulutan api unggun dimulai, tak lama kemudian, api membahana, menerangi alam semesta, langit argalingga. Dalam sebuah amanat pembina, api adalah sahabat kita, kebutuhan kita, penerang kita, kehidupan kita. Tanpa api, apalah artinya manusia, apalah artinya dunia. Api adalah kisah dan lambang kehidupan sejati, yang selalu memberikan manfaat kepada semua manusia, sebab itu, TEMUKANLAH JATIDIRMU, seperti api yang selalu dibutuhkan setiap saat. Namun, janganlah berapi-api, jangan pula coba-coba bermain api, sebab akan terbakar pula nanti, dan akan menerima akibat yang cukup menyakitkan dan mengerikan. Ujar Kak Dede Kosasih, selaku pembina pendamping putra dalam pidatonya sambil berapi-api.