MENCIPTAKAN INSAN ILMIAH KARIMAH

Minggu, 14 November 2010

KAMU HARUS SIAP-SIAP SEBAGAI DUTA JAMDA 2010/2011

Tanggal 24 s/d 30 Desember 2010, digelarnya pelaksanaan jambore daerah propinsi jawa barat. Para peserta jamda, terdiri dari utusan hasil penyeleksian di tingkat kwartir ranting ( Kwaran ) kecamatan, masing-masing satu putra dan satu putri. Mereka yang terpilih jelas adalah peserta terbaik hasil penyeleksian dalam berbagai bidang. Untuk peserta utusan dari kwaran cingambul, Alhamdulillah baik putra maupun putri , diwakili doleh siswa /i SMP PUI Muktisari dari kelas VIII. Selanjutnya menurut Ka Kwarcab Majalengka, para alumni Jamda ini, sebagai bakal calon peserta Jamnas. Selamat ya, kepada Adik Aje Abdul Rojab dan  Dini Herawati, semoga di Jamda nanti selain berprestasi, juga ada dalam maghfirah serta lindungan Allah SWT. Amien ..!

Kamis, 14 Oktober 2010

SELAMAT JALAN TOKOH PENDIRI SMP PUI SEMOGA AMAL MULIAMU DITERIMA DISISI-NYA

H EYO SURYADINATA BA, itulah salah seorang pendiri SMP PUI Muktisari, tadi pagi Kamis 14 Oktober 2010 telah berpulang kerahmatullah. Sosok ulama plus ilmuwan, telah banyak meninggalkan karya dan jasa selama hidupnya. Ia dikenal berpemikiran luas dan berpenampilan bersahaja.
Di lingkungan Organisasi dan Perguruan PUI, khususnya Kecamatan Cikijing dan Cingambul Kab. majalengka, sangat dekenal dan dekat dengan masyara. Perkenalan ia dengan masyarakat luas, melalui pendidikan, dakwah sosial dan silaturahmi, ia selain turut membesarkan MTs PUI Cikijing, MA BKMU, SMK PUI Cikijing, juga salah seorang deklarator berdirinya perguruan SMP PUI Muktisari Kec. Cingambul. Selamat jalan guru besar kami, semoga engkau mendapat tempat yang layak didisi-Nya. Amien

Sabtu, 06 Maret 2010

TAK ADA GADING YANG TAK RETAK


Akrobat politik sidang paripurna DPR RI telah usai. hasil keputusannya pun telah gamblang dan terang benderang dalam pemikiran, nurani serta kejelasan pokok masalah bank century, sebagai akhir kemelut dan polemik yang berkepanjangan bagi seluruh penghuni bumi nusantara.
Idrus Marham selaku ketua PANSUS bank century dalam pemaparan akar persoalan mengenai kasus bank century di hadapan seluruh anggota dan praksi DPR RI, telah begitu jelas melaporkan, yang kesimpulannya ada tiga landasan masalah yang harus segera diputuskan oleh wakil rakyat. pertama, landasan hukum mengenai kewenangan memberikan dana talangan terhadap bank tersebut. Kedua, apakah pengambil kebijakan tersebut melanggar hukum atau tidak, ketiga, apakah kasus tersebut dipandang perlu memasuki ranah hukum.
Mensikapi persoalan itu, perjalanan debat yang begitu menegangkan, berakhir dengan putusan vooting terbuka dengan skor akhir dimenangkan oleh opsi C, yang menyatakan bahwa kebijakan salah dan pelaksanaan salah. Hasil akhir partai pemenang pemilu dan koalisi kalah.
Memanasnya para anggota dewan di dalam persidangan, sama panasnya dengan terik matahari yang dibarengi dengan membabibutanya para demonstran. Kesimpulan akhir sementara, pemerintah terluka, para anggota dewan terluka dan komponen masyarakat terluka, akibat tak terkendalikannya nilai emosional. itulah gambaran umum potret pangung demokrasi yang terjadi di negeri ini.
Tulisan ini, bukanlah bermaksud mengikuti opini publik yang dalam kasus itu terbelah dua pendapat yang sama sama mengklaim pembenaran dan menyalahkan. Namun sebagaimana hukum kita, nampaknya kita lebih setuju untuk sementara kepada asas praduga tak bersalah. Artinya apa yang diperdebatkan di panggung politik bangsa ini kita belum mampu memvonis apakah benar atau salah.
Kita tinggalkan dulu sejenak kasus century yang begitu hebatnya menyapu perhatian negeri ini, sehingga melupakan terhadap esensi diri kita masing-masing. Bisa jadi kita berteriak memvonis dan menyalahkan orang lain sementara kita tak sadar diri bahwa sesungguhnya diri kitapun telah banyak melakukan kejahatan yang tertutupi rapat dan belum diketahui orang. Pormat ini sudah menjadi tradisi dalam kepribadian kita dan secara sunatullahpun, sangat tidak mau sekali dipersalahkan orang.Itulah ciri khas sosok makhluk hidup yang diberi nama manusia.
Dengan demikian setiap orang, siapapun orangnya jelas jelas akan mengalami kelemahan, kekurangan, kehinaan, dan kesalahan. Biarkanlah hukum yang berbicara dan bertindak, yang salah harus dijatuhi hukuman sesuai perbuatanya, yang benar jangan merasa paling benar, sebab manusia tidak ada yang sempurna. Dengan kata lain tak ada gading yang tak retaaaaaaaaak.